Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Gowa telah membentuk 12 desa/kelurahan percontohan dari seluruh desa dan kelurahan di Kabupaten Gowa sebagai langkah maksimalisasi dan menguji pelayanan kesehatan gratis di daerah-daerah. Rencananya 10 desa itu akan dipantau secara maksimal. Koordinator Jaringan Kerja Pemerhati Pelayanan Publik Gowa (Jaker P3G) Muhammad Hatta mengatakan, desa percontohan itu akan dipantau dalam tiga tahapan. Tahap pertama sebanyak empat desa/kelurahan untuk 10 bulan.
Kemudian empat desa pada tahap kedua dan empat desa pada tahap ketiga. Ketiga tahapan tersebut dilakukan dalam kurun waktu 30 bulan. "Kita akan laksanakan selama 30 bulan dalam tiga tahapan," jelas Hatta dalam diskusi layanan kesehatan gratis di Mario Cafe Gowa.
Desa percontohan tersebut akan dimulai akhir Mei ini. Keempat desa yang jadi sasaran tahap pertama masing-masing Desa Panakukang (Kecamatan Pallangga), Kelurahan Paccinongan (Somba Opu), Desa Bontomanai (Bajeng Barat), dan BorongloE (Bontomarannu).
Menurut Hatta, desa sehat itu diharapkan mampu membangun partisipasi, transparansi, managemen, dan pelayanan kesehatan dasar secara gratis kepada masyarakat. Apalagi ke depannya, pengelolaan dana untuk kesehatan dasar akan dikelola sendiri oleh masyarakat.
Sosialisasi Minim
Dalam diskusi yang menghadirkan anggota DPRD Gowa Hasniati Hayat, Sekretaris Dinkes Gowa Armin, dan beberapa LSM (LPA, JASS Publik, YBC) dalam diskusi itu mengungkapkan sosialisasi kesehatan gratis selama ini masih minim. Masih banyak masyarakat tidak bisa membedakan pelayanan kesehatan gratis (yankestis), jamkesma, dan jamkesda.
"Sejauh ini sosialisasi masalah kesehatan gratis masih terbilang minim. Akibatnya, layanan kesehatan gratis tersebut belum tersentuh secara maksimal pada warga di Kabupaten Gowa," ungkap Hatta.
Menanggapi masalah minimnya sosialisasi kesehatan gratis, Sekretaris Dinkes Gowa Armin mengakui masih minimnya sosialisasi kesehatan gratis. Namun, dia berharap, dibentuknya desa percontohan tersebut, pihak dinkes akan mudah melakukan sosialisi tentang yankestis.
"Banyak hal yang mesti diketahui masyarakat dalam penerapan kesehatan gratis ini mulai dari klasifikasi peserta jamkesmas, jamkesda, maupun yankestis. Terutama menyangkut spesifikasi obat-obatan dan jalur pelayanan dari puskesmas ke rumah sakit," jelas Armin.
Rutin Dilaksanakan
KEGIATAN diskusi yang dilaksanakan Jaker P3G Gowa akan rutin dilaksanakan. Pertemuan direncakan dua bulan sekali atau sebulan sekali dengan menghadirkan pihak terkait.
Diskusi seperti itu, menurut Hatta, membantu pihak terkait mengetahui masalah di lapangan dan bersama mencari solusinya. "Kita akan agendakan rutin kegiatan diskusi seperti ini. Kami harap partisipasi semua pihak sehingga kegiatan yang bermanfaat ini dapat berjalan lancar," kata Hatta.
Kemudian empat desa pada tahap kedua dan empat desa pada tahap ketiga. Ketiga tahapan tersebut dilakukan dalam kurun waktu 30 bulan. "Kita akan laksanakan selama 30 bulan dalam tiga tahapan," jelas Hatta dalam diskusi layanan kesehatan gratis di Mario Cafe Gowa.
Desa percontohan tersebut akan dimulai akhir Mei ini. Keempat desa yang jadi sasaran tahap pertama masing-masing Desa Panakukang (Kecamatan Pallangga), Kelurahan Paccinongan (Somba Opu), Desa Bontomanai (Bajeng Barat), dan BorongloE (Bontomarannu).
Menurut Hatta, desa sehat itu diharapkan mampu membangun partisipasi, transparansi, managemen, dan pelayanan kesehatan dasar secara gratis kepada masyarakat. Apalagi ke depannya, pengelolaan dana untuk kesehatan dasar akan dikelola sendiri oleh masyarakat.
Sosialisasi Minim
Dalam diskusi yang menghadirkan anggota DPRD Gowa Hasniati Hayat, Sekretaris Dinkes Gowa Armin, dan beberapa LSM (LPA, JASS Publik, YBC) dalam diskusi itu mengungkapkan sosialisasi kesehatan gratis selama ini masih minim. Masih banyak masyarakat tidak bisa membedakan pelayanan kesehatan gratis (yankestis), jamkesma, dan jamkesda.
"Sejauh ini sosialisasi masalah kesehatan gratis masih terbilang minim. Akibatnya, layanan kesehatan gratis tersebut belum tersentuh secara maksimal pada warga di Kabupaten Gowa," ungkap Hatta.
Menanggapi masalah minimnya sosialisasi kesehatan gratis, Sekretaris Dinkes Gowa Armin mengakui masih minimnya sosialisasi kesehatan gratis. Namun, dia berharap, dibentuknya desa percontohan tersebut, pihak dinkes akan mudah melakukan sosialisi tentang yankestis.
"Banyak hal yang mesti diketahui masyarakat dalam penerapan kesehatan gratis ini mulai dari klasifikasi peserta jamkesmas, jamkesda, maupun yankestis. Terutama menyangkut spesifikasi obat-obatan dan jalur pelayanan dari puskesmas ke rumah sakit," jelas Armin.
Rutin Dilaksanakan
KEGIATAN diskusi yang dilaksanakan Jaker P3G Gowa akan rutin dilaksanakan. Pertemuan direncakan dua bulan sekali atau sebulan sekali dengan menghadirkan pihak terkait.
Diskusi seperti itu, menurut Hatta, membantu pihak terkait mengetahui masalah di lapangan dan bersama mencari solusinya. "Kita akan agendakan rutin kegiatan diskusi seperti ini. Kami harap partisipasi semua pihak sehingga kegiatan yang bermanfaat ini dapat berjalan lancar," kata Hatta.
0 Pendapat:
Posting Komentar